[tutup] |
Kitab kuning
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kitab kuning, dalam pendidikan agama islam, merujuk kepada kitab-kitab tradisional yang berisi pelajaran-pelajaran agama islam (diraasah al-islamiyyah) yang diajarkan pada Pondok-pondok Pesantren, mulai dari fiqh, aqidah, akhlaq/tasawuf, tata bahasa arab (`ilmu nahwu dan `ilmu sharf), hadits, tafsir, `ulumul qur'aan, hingga pada ilmu sosial dan kemasyarakatan (mu`amalah). Dikenal juga dengan kitab gundul karena memang tidak memiliki harakat
(fathah, kasrah, dhammah, sukun), tidak seperti kitab al-Quran pada
umumnya. Oleh sebab itu, untuk bisa membaca kitab kuning berikut arti
harfiah kalimat per kalimat agar bisa dipahami secara menyeluruh,
dibutuhkan waktu belajar yang relatif lama.
Kebanyakan naskah para ulama pasca Khulafaa al-Rasyidin
ditulis dengan menggunakan Bahasa Arab tanpa harakat, tidak seperti
Al-Qur'an pada umumnya. Dikarenakan tujuan pemberian harakat pada
Al-Quran lebih kepada bantuan bagi orang-orang non arab dan
penyeragaman. Sedangkan bagi orang yang menguasai tata bahasa bahasa
Arab maka dapat dengan mudah membaca kalimat tanpa harakat tersebut.
Inilah yang kemudian di Indonesia dikenal sebagai Kitab Gundul untuk
membedakannya dengan kitab bertulisan dengan harakat.
Sedangkan mengenai penyebutan istilah sebagai Kitab Kuning, dikarenakan memang kitab-kitab tersebut kertasnya berwarna kuning, hal ini disebabkan warna kuning dianggap lebih nyaman dan mudah dibaca dalam keadaan yang redup. Ketika penerangan masih terbatas di masa lampau, utamanya di desa-desa, para santri terbiasa belajar di malam hari dengan pencahayaan seadanya. Meski penerangan kini telah mudah, kitab-kitab ini sebagian tetap diproduksi menggunakan kertas warna kuning mengikuti tradisi, walaupun ada juga yang telah dicetak pada kertas berwarna putih (HVS). Sebab lainnya, adalah karena umur kertas yang telah kuno yang turut membuat kertas semakin lama akan menguning dan menjadi lebih gelap secara alami, juga disebutkan ketika dahulu lilin/lampu belum bercahaya putih dan masih kuning maka kertas berwarna putih atau kuning sama saja akan tetap terlihat kuning, sehingga ketika kertas kuning dahulu lebih ekonomis maka penggunaan kertas kuning dapat meringankan ongkos produksi secara masal. Kini di era modern Kitab-kitab tersebut telah dialih berkaskan menjadi fail buku elektronik, misalnya chm atau pdf. Ada juga software komputer dalam penggunaan kitab-kitab ini yaitu Maktabah Syamila (Shameela) yang juga mulai populer digunakan dikalangan para santri pondok pesantren modern.
Clifford Geertz seorang ahli antropologi dari Amerika Serikat dalam bukunya yang terkenal berjudul "Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa" (judul aslinya The Religion of Java)[1] memuat sekelumit ceria tentang kitab kuning. Ada pula buku karangan peneliti Belanda Martin van Bruinessen yang berjudul "Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat",[2] yang membahas sejarah kitab kuning dan pendidikan Islam tradisional di Indonesia.
Daftar isi
Sejarah
Sedangkan mengenai penyebutan istilah sebagai Kitab Kuning, dikarenakan memang kitab-kitab tersebut kertasnya berwarna kuning, hal ini disebabkan warna kuning dianggap lebih nyaman dan mudah dibaca dalam keadaan yang redup. Ketika penerangan masih terbatas di masa lampau, utamanya di desa-desa, para santri terbiasa belajar di malam hari dengan pencahayaan seadanya. Meski penerangan kini telah mudah, kitab-kitab ini sebagian tetap diproduksi menggunakan kertas warna kuning mengikuti tradisi, walaupun ada juga yang telah dicetak pada kertas berwarna putih (HVS). Sebab lainnya, adalah karena umur kertas yang telah kuno yang turut membuat kertas semakin lama akan menguning dan menjadi lebih gelap secara alami, juga disebutkan ketika dahulu lilin/lampu belum bercahaya putih dan masih kuning maka kertas berwarna putih atau kuning sama saja akan tetap terlihat kuning, sehingga ketika kertas kuning dahulu lebih ekonomis maka penggunaan kertas kuning dapat meringankan ongkos produksi secara masal. Kini di era modern Kitab-kitab tersebut telah dialih berkaskan menjadi fail buku elektronik, misalnya chm atau pdf. Ada juga software komputer dalam penggunaan kitab-kitab ini yaitu Maktabah Syamila (Shameela) yang juga mulai populer digunakan dikalangan para santri pondok pesantren modern.
Clifford Geertz seorang ahli antropologi dari Amerika Serikat dalam bukunya yang terkenal berjudul "Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa" (judul aslinya The Religion of Java)[1] memuat sekelumit ceria tentang kitab kuning. Ada pula buku karangan peneliti Belanda Martin van Bruinessen yang berjudul "Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat",[2] yang membahas sejarah kitab kuning dan pendidikan Islam tradisional di Indonesia.
Beberapa kitab kuning terkenal
Beberapa jilid volume Kitab Kuning Fathul Bari
Bidang Tafsir
Bidang Ulumul Qur’an
- I`rabul Qur’an
- Asbabu Nuzulil Qur’an
- Fadlailul Qur’an
- Majazul Qur’an
- Lubabun Nuzul
- At-Tibyan, karya Imam An-Nawawi
- Fath al-Rahmaan
Bidang Fiqih
- I`anatuh Thalibin,
- Fathul Mu`in
- Raudlatuth Thalibin
- Bidayatul Mujtahid
- Fathul Qorib
Bidang Tasawuf dan Akhlak
- Ihya Ulumiddin, karya Imam al-Ghazali
- Riyadhus Shalihin, karya Imam An-Nawawi
Bidang Hadits
- Fathul Bari, Syarah Sahih Bukhari karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani
Piranti Lunak Komputer
- Maktabah Syamila
- Lidwa
Referensi
- ^ Geertz, Clifford. Abangan, Santri, Priyayi Dalam Masyarakat Jawa (The Religion of Java), Pent. Aswab Mahasin, Pustaka Jaya, Cet. Ketiga, 1989. ISBN 977-419-068-3. Diakses 7 Oktober 2010
- ^ Bruinessen, Martin van. Kitab kuning, pesantren dan tarekat : tradisi-tradisi Islam di Indonesia, Mizan, Cet. 1, Bandung, 1995. ISBN 979-433-061-2. Diakses 7 Oktober 2010